Musibah dan Balak sebagai Teguran Manusia

KH Achmad Hasyim Muzadi
KH Achmad Hasyim Muzadi


Keprihatinan di masyarakat masih berlanjut karena bencana. Untuk mempersiapkan diri dalam menghadapinya, kita dituntut untuk semakin meningkatkan kualitas taqarrub kita terhadap ajaran dari syariat Nabi Muhammad. 

Coba amati penyebab kerusakan masyarakat dan kerusakan alam. Di dalam Quran terdapat dua istilah yang sangat identik, tetapi maknanya sungguh berbeda. Pertama, istilah itu adalah musibah. Kedua, istilah itu adalah baliyyah atau balak. 

Musibah adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Hal itu terjadi semata-mata karena kodrat atau kekuasaan Allah SWT. Musibah bisa terjadi pada siapa saja, baik pada orang muslim atau bukan. Jadi bukan karena kesalahan manusia pun, Allah SWT memang menciptakan bahaya-bahaya itu. 

Surat al-Falaq menyebutkan kul a’udzu birabbil falaq min syarrima khalak. Allah yang menciptakan falak. Falak itu artinya ada dua, arti pertama adalah benda-benda alam. 

Arti kedua adalah kejadian-kejadian di alam ini. Keduanya itu adalah falak. Jadi, kalau di istilahkan kul audu birabbil falak, ayat itu artinya adalah aku berlindung kepada allah yang menjadikan seluruh makhluk dan kejadiannya. 

Kejadian di alam makhluk itu bermacam-macam. Itu disebut kejadian atau fenomena yang terkandung dalam arti kata falak. 

Min syarri ma khalak yang artinya dari keburukan yang Engkau ciptakan. Allah juga menciptakan keburukan. Makanya harus berlindung kepada Dzat yang mengatur falak. Syaitan itu jelek, tapi Allah yang menciptakan. 

Disini kelihatan bahwa Allah menciptakan syarri ma khalak. Keburukan itu salah satunya kita sebut musibah atau kejadian yang tidak mengenakkan kepada kita. Misalnya kecelakaan, orang meninggal, dan sebagainya. 

Sebab terjadinya sesuatu itu bisa bermacam. Tapi kalau akibatnya mati, itu satu saja ya mati. Baik sebabnya serangan jantung atau ketabrak motor. 

Ketika kita mendapat musibah, kita harus segera mengatakan innalillahi  wainna ilaihi rajiun. Segala sesuatu yang datang dari Allah akan kembali pada-Nya.

Ada keterangan dari Imam Ghozali yang mengatakan bahwa kalau ada bencana, atau  musibah lalu kita membaca inalallahi itu hendaknya yang membaca adalah lisan kita. Lalu yang berpikir akal kita. Dan yang meyakini adalah hati kita. 

Semuanya secara bareng. Maka kalau hal itu dilakukan, Allah akan memberikan ketahanan. Umpamanya mobil, onok skok brekere yakni penahan goncangan. Jangan pernah berharap pada mobil itu tidak terjadi goncang. 

Kalau baliyyah ini adalah sebuah bencana yang tidak sekedar kehendak Allah, tapi ada sebab-sebab kesalahan manusia. Bencana ini mengingatkan manusia agar kembali ke jalan yang benar

Sumber : ceramah KH Achmad Hasyim Muzadi

Posting Komentar untuk "Musibah dan Balak sebagai Teguran Manusia"