Dinullah, Panduan Menuju Akhirat
KH Achmad Hasyim Muzadi |
Orang non-muslim, tidak bisa masuk surga. Tapi dia bisa survive dan unggul di dunia diatas orang Islam karena mau kerja keras. Oleh karenanya, sebagai orang Islam harus cerdas dan lurus menyikapinya.
Umat Islam ada yang saleh, ada yang mbeling. Ada orang Islam mbeling, suka nyopet, ketika ditangkap bilang kalau Islam itu agama dia, lalu nyopet itu pekerjaan dia. Ini kan keblinger. Orang non-muslim pun demikian, ada yang saleh, ada yang nakal.
Saya punya teman, non-muslim. Saya ketemu di Jakarta. Saya tidak tahu sebelumnya kalau beliau non-muslim. “Bu, saya perlu tanah untuk bikin pondok pesantren di Depok.” Dia jawab “oh, ketepatan, saya punya tanah 1,5 hektare. Kalau untuk pesantren, saya berikan separuh harga saja.”
Coba pikir, kok ada orang non-muslim seperti itu. Ini bagaimana duduk masalahnya? Ada orang non-muslim, karena dia baik prilakunya, maka dia hanya akan mengenyam kebaikan itu di dunia saja. Tapi tiket ke surganya tidak dia dapatkan. Ini saying sekali.
Sebaliknya, orang Islam yang perawakannya mblegadus, mungkin dia mungkin punya tiket ke surga, tapi kapan tiket itu dipakai, dia tidak tahu. Barangkali setelah dia diubek-ubek malaikat di neraka terlebih dahulu sesuai dengan tingkat dosanya, baru dimasukkan surga, atau malah dineraka terus, wallahu a’lam.
Kita tidak usah terlalu ekstrim. Kalau ada orang lain agama yang prilakunya baik, akui saja dia sebagai orang baik. Kita ajak supaya kebaikannya bisa sampai akhirat, kalau dia mau masuk Islam. Ini ketentuan Allah.
Kembali ke sunnatullah, semua kebaikan umat Islam harus berguna fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah. Disini fungsi dinullah. Dinullah menuntun kita supaya tidak bertentangan dengan sunnatullah. Misalnya, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan.
Ada agama atau tidak, laki-laki dan wanita mesti saling membutuhkan. Kalau kemudian Allah mengirim agama Islam, tentu akan bicara sama, kamu saling membutuhkan. Maka ketika sudah siap, lakukan itu dengan akad nikah.
Jadi, tidak mungkin agama bertentangan dengan sunnatullah. Karena yang membuat sama-sama Allah. Ada lagi contoh, pastur tidak boleh nikah, apakah itu juga sunnatullah? Bukan! Manusia akan punah jika semua menjadi pastur.
Bagaimana ibadah ditata sesuai dengan sunnatullah? Pegang teguh syariat Islam. Kalau kita mau memegang agama kita dengan baik, kita akan menjadi orang baik. Baik dengan siapa saja. Wallahu a’lam bishshawab.
Posting Komentar untuk " Dinullah, Panduan Menuju Akhirat"