Mengalahkan Setan, Makhluk Terpandai
KH Achmad Hasyim Muzadi |
Sunatullah berlaku untuk seluruh makhluk ciptaan-Nya. Untuk manusia juga ada sunnatullah. Ini yang berlaku untuk semuanya, bukan hanya orang Islam.
Sopo-sopo sing sinau, bakal pinter. Itu sunnatullah. Disini bedanya rabbul ‘alamin dan rabbulm muslimin. Orang Islam sekolah menjadi pintar. Orang bukan Islam yang sekolah pun bisa pintar.
Dalam sunnatullah, ada namanya fastabiqul khairot. Hendaknya kita berlomba dalam kebaikan, tidak hanya pasif. Maka, sunnatullah ala mini ini membentuk sikap kompetitif, bukan prerogatif.
Kalau kita misalnya ingin memperoleh rezeki, berangkat ke pasar bareng-bareng sekalipun, kadang-kadang bersaing dengan yang lain. Oleh karena itu harus kompetisi. Gak iso dienteni tok.
Lantas apakah ada orang yang dikirim rezekinya? Mungkin saja ada. Tapi memperolehnya tidak termasuk yang regular atau teratur seperti gajian.
Mereka hanya bisa menerimanya secara irregular atau tidak teratur waktunya. Mereka adalah orang yang mempergunakan semua pikiran, badan dan hatinya, untuk Allah. Tapi kalau mereka benar-benar berjuang.
Lek gak? Tentu melarat tenan, karena tidak mampu bersaing dalam kompetisi.
Ada orang ketika diminta ngimami, karena berjuang atas nama Allah, dia tidak minta apa-apa. Orang begini ini, ada saja yang datang ‘nggowo nongko’. Kalau nganggur, bagaimana? Bisa-bisa dia disawat betone nongko.
Sunnatullah yang berlaku untuk manusia ini, tidak dibatasi oleh agama dan keyakinan.
Ada tahlilan, tapi orangnya tetep melarat. Padahal memang tahlilan itu bukan jurusannya rezeki. Tapi itu jurusan ketenangan hati. Hatinya bisa tenang, cari rezeki penak.
Jangan berpikir dengan tahlilan rezeki akan jatuh dari langit. Mencari rezeki itu ada ketentuannya. Ini juga masih berjalan di atas sunnatullah. Tentu saja dengan bekerja orang mendapat rezeki.
Bagaimana dengan hal-hal lain selain rezeki? Ternyata tidak ada satu pun yang keluar dari sunatullah. Misalnya, syaitan itu tidak bisa baik.
Tapi kenapa malaikat cuma bisa melakukan yang baik? Tentu saja ini sunatullah. Setan, sekali lahir nggak mati-mati. Begitu lahir setan langsung pintar, padahal tidak ada yang kursus.
Kalau kita tidak bisa seperti itu. Baru lahir, untuk makan saja tidak bisa, lungguh ae yo gak iso. Ini pun sunatullah.
Makhluk terpandai itu setan. Maka jangan melawan setan dengan kepandaian manusia. Tapi lawanlah dengan perlindungan Allah.
Kalau hanya mengandalkan titel atau kepandaian manusia, dientekno oleh setan. Dia bisa masuk dunia kita, tapi kita tidak bisa masuk ke dunianya.
Dia bisa melihat kita, bisa merasuk ke pikiran kita, sementara kita tidak. Satu-satunya jalan melawan setan adalah dengan berlindung kepada Allah.
Sumber : Ceramah KH Achmad Hasyim Muzadi
Posting Komentar untuk "Mengalahkan Setan, Makhluk Terpandai"